TERUS DAN TERUSLAH BELAJAR
Oleh : Ida Asrotul Mahmudah, M.Pd.
Oleh : Ida Asrotul Mahmudah, M.Pd.
Di dalam sebuah hadis dinyatakan “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat”. Hadis tersebut mengandung makna bahwa anjuran menuntut ilmu atau belajar, dimulai dari usia kecil sampai maut menghadang. Ada juga hadis yang menyatakan, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Ini menunjukkan bahwa kalau perlu menuntut ilmu sampai ke luar negeri .
Pernyataan di atas sejalan dengan ide mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan (yang saat itu masih menjadi menteri) hal pencetusan “Guru Pembelajar”. Beliau menyatakan, sebagai guru ideal harus terus menerus belajar dan mengembangkan diri di setiap saat dan di mana pun berada.
Tindak lanjut hal tersebut, Anies Baswedan mewajibkan para guru yang hasil UKG-nya pada tahun 2015 dengan kategori tertentu, melakukan pembelajaran . Dalam belajar, mereka dikelompokkan dalam kategori-kategori yang terkenal dengan istilah Moda Daring. Moda berarti bentuk / jenis, dan Daring merupakan singkatan “Dalam jaringan/ internet”.
Dalam program guru pembelajar, digunakan tiga metode pembelajaran, yaitu :
1. Tatap Muka (TM)
2. Full Daring atau online penuh
3. Campuran atau kombinasi antara tatap muka dan online (blended)
Pelaksanaan Guru Pembelajar Moda Daring ini adalah proses pembelajaran dan peningkatan kompetensi guru secara daring sebagai tindak lanjut dari hasil UKG. Hal tersebut sebagai konsekuensi jabatan guru yang perlu pembinaan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung peran guru sebagai insan pembelajar.
Mungkin kegiatan moda daring ini cukup menyulitkan sebagian guru., terutama yang belum familier dengan TIK. Bisa-bisa kegiatan belum dimulai, atau namanya tertulis sebagai peserta daring, mungkin sudah menjadikan perut mulas. Karena kekhawatiran ini, ada yang berucap, “Walah…walah…., sudah mau pensiun kok disuruh daring…daring…, kalau darling darling, ya … masih bisa!”
Nah, bagaimana guru menyikapi hal ini? Lagi-lagi kita harus positif thingking atau khusnudhon (berprasangka baik) terhadap pembuat kebijakan. Tugas menjadi guru pembelajar baik TM, kombinasi, atau full daring, kita terima dengan lapang dada atau legawa. Kita pun harus yakin bahwa tugas yang kita emban itu banyak manfaatnya.
Di setiap peristiwa pasti ada hikmah yang bisa kita petik. Apa sebenarnya hikmah yang bisa kita ambil, mengapa kita diikutkan sebagai peserta guru pembelajar? Inilah sebagian hikmahnya.
- Instrospeksi diri. Mungkin selama kita termasuk guru yang enggan atau kurang serius menggali ilmu yang menjadi tanggung jawab seorang guru. Maka, kita perlu bangkit untuk lebih serius dalam penggalian ilmu.
- Bertambah pintar dan segar. Dengan diklat sebagai guru pembelajar, wawasan kita bertambah di samping mendapatkan penyegaran. Mungkin ilmu kita selama ini kurang sesuai kehendak zaman.
- Bertambah teman. Dengan diklat Daring Kombinasi dan Tatap Muka, kita tidak sekadar mendapat ilmu tetapi juga teman. Kita bisa berteman dan menggali ilmu dari Mentor (guru terpilih yang telah lulus TOT Instruktur Nasional) dan Pengampu (widyaiswara/ Pengembang Teknologi Pembelajaran, dosen yang telah lulus TOT Nasional), ataupun dari teman sebaya.
- Mengaplikasikan ajakan nabi agar menimba ilmu tanpa mengenal usia. Oleh karena itu, guru yang sudah berusia senja, jangan pesimis dengan kemampuan yang dimiliki.
- Menyukseskan Kabupaten Semarang sebagai Kabupaten Literasi. Bila peserta didik kita pacu terus untuk terus membaca dan membaca, masak gurunya diam saja, apalagi hanya jadi tukang perintah.
Selamat menjadi Guru Pembelajar….!
(Tulisan ini sudah dipublikasikan di Majalah Mahardika Edisi 7 Cetak)
Post a Comment