0
Bagaikan orang mau mantu, seluruh satuan pendidikan di tingkat SMP dan SMA sedang bersemangat mempersiapkan UN. Sekolah-sekolah seperti  menerapkan siaga 1 dalam menyambut UN. Hal ini sangat wajar, sebab keberhasilan UN sedikit banyak merupakan potret prestasi sebuah sekolah dalam bidang akademik. Pelaksanaan UN sudah tidak bisa ditawar lagi, sehingga mau tidak mau suka tidak suka harus dihadapi dan dijalani dengan berbagai strategi.

Berbicara mengenai strategi, alangkah bijaknya jika kita menengok definisinya terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu definisi strategi adalah rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam menyambut UN masing-masing sekolah memiliki strategi yang berbeda-beda. Strategi tersebut berupa kegiatan yang mempersiapkan fisik, psikis dan pemahaman materi peserta didik.

Persiapan fisik dapat       dilakukan dengan mengadakan olahraga gembira tetapi tidak memerlukan banyak tenaga yang menguras peserta didik. Hal ini dapat dilakukan di sela-sela pembelajaran, jika peserta didik sudah mulai tidak konsentrasi dalam kelas. Jadi, dapat dilakukan di tingkat sekolah sebagai kegiatan yang terprogram, maupun oleh masing-masing guru dalam kegiatan pembelajaran, semacam ice breaking  atau kegiatan selingan.

Di samping itu, perlu juga diadakan persiapan secara psikis, misalnya dengan diadakan Achievement Motivation Training (AMT). Kegiatan ini memang biasanya dilakukan bagi karyawan perusahaan untuk meningkatkan prestasi. Namun jika kita dapat memilih  narasumber yang tepat, maka kegiatan AMT akan sangat membantu siswa untuk lebih bersemangat dalam menyambut  pelaksanaan UN.
Persiapan psikis dari sisi religius juga sangat diperlukan bagi peserta didik, dengan maksud peserta didik dapat lebih siap dalam melaksanakan UN. Di antaranya melalui kegiatan ibadah: mujahadah bagi yang muslim dan kebaktian atau kegiatan ibadah lain bagi yang nonmuslim serta doa bersama didampingi oleh tokoh agama masing-masing.

Dari segi persiapan materi, secara umum kegiatan yang dilaksanakan di seluruh sekolah adalah pemberian pendalaman materi khusus mata pelajaran UN, ujicoba UN dan pemberian materi pada kelas khusus. Kelas khusus dipersiapkan bagi peserta didik yang belum mampu mencapai nilai sesuai target sekolah (kelas bawah), maupun peserta didik yang diharapkan mampu mencapai nilai sempurna (kelas atas).

Dalam membekali peserta didik  menghadapi UN ketiga hal di atas sangat perlu untuk keseimbangan. Yang tidak kalah penting adalah membuat mindset peserta didik bahwa pelaksanaan Ujian Nasional bukanlah suatu momok yang sangat menakutkan tetapi merupakan salah satu gerbang yang harus dilalui dengan suasana yang menyenangkan untuk menuju tingkat yang lebih tinggi.

Seluruh kegiatan tersebut memang membutuhkan kerja keras dan kerja sama antara berbagai pihak. Untuk itulah, sekolah harus selalu berkoordinasi dengan orang tua, komite sekolah dan instansi terkait sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara kegiatan peserta didik di sekolah dan di rumah, dan juga kebijakan komite maupun dinas terkait tersebut. Demi terlaksananya seluruh kegiatan yang merupakan strategi persiapan UN tersebut, jauh hari sebelumnya harus sudah ditata dengan baik, mengingat kondisi sekolah yang berbeda-beda.

Lepas dari itu semua pelayanan dari guru-guru mata pelajaran yang di-UN-kan merupakan ujung tombak bagi kelancaran dan hasil UN peserta didik. Guru adalah pihak yang paling sering bersentuhan langsung dengan peserta didik. Merekalah yang juga paling memahami kondisi dan kompetensi peserta didik. Seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan akan kurang maksimal apabila guru-guru tidak mengajar dengan baik dan mempunyai kemauan dan kemampuan yang kurang memuaskan.

Pada akhirnya sukses UN bisa digapai dengan cara menyeimbangkan antara unsur psikis, fisik, dan pemahaman materi peserta didik.  Di  samping itu, dibutuhkan kepiawaian para pendidik dalam menyinergikan potensi yang ada. (Wiwin & Eny I.)

Post a Comment

 
Top